Selasa, Desember 02, 2008

Pentingnya Mencicil Dana Pensiun di Usia Produktif

Artikel yang menarik apalagi di tengah kondisi ekonomi saat ini..Apakah dana pensiun harus disiapkan sekarang atau nanti saja kalau sudah dekat? Saat weekend saya akan coba mengupasnya lebih detail lagi...

Happy Reading.

Ongkie Budhidharma


Indro Bagus SU – detikFinance

Jakarta - Sudahkah Anda memikirkan sumber pendanaan ketika memasuki masa pensiun? Sedikit saja orang yang sudah cukup memikirkannya sejak usia produktif. Namun sebagian besar malah beranggapan masalah itu bisa dipikirkan lain waktu.

Padahal, kalau dipikir-pikir pensiun Anda hanya ditanggung oleh negara atau tempat bekerja selama kurang lebih 3 tahun setelah putus masa kerja. Artinya, sumber pendanaan Anda hanya tersedia hingga usia sekitar 58 tahun.

"Bagaimana selanjutnya?" ujar Kepala Bagian Analisis Penyelenggaraan Biro Dana Pensiun Bapepam-LK, Yusman dalam acara di hotel Aston Atrium, Senen, Jakarta, Selasa (2/12/2008).

Menurut Yusman, setiap orang yang bekerja mau tidak mau harus mulai memikirkan sumber pendanaan setelah masa pensiun tanggungan habis."Itulah sebabnya sangat penting mulai memikirkan sumber dana pensiun saat usia kita masih produktif bekerja," ujarnya.

Ketua Asosiasi Konsultan Aktuaria Indonesia (AKAI), Haris A Santoso mendukung pernyataan tersebut. Apalagi jumlah pensiunan terus bertambah dari tahun ke tahun seiring meningkatnya populasi penduduk.

"Pertumbuhan jumlah pensiunan dari tahun ke tahun terus bertambah, saat ini sekitar 11% dari populasi penduduk. Tahun 2015 porsinya diperkirakan bertambah menjadi 15%," ujar Haris.

Oleh sebab itu, keduanya menganjurkan pentingnya memikirkan sumber pendanaan pasca kerja alias pensiun. "Bentuknya bisa tabungan yang dilakukan secara mandiri atau investasi," jelas Yusman.

Menurut Yusman, tidak sulit menyisihkan 10% hingga 20% dari gaji bulanan untuk ditabung secara berkala hingga akhir masa kerja. "Ada pepatah, kalau seseorang bisa hidup dengan Rp 100 per hari, maka ia bisa memaksakan untuk hidup dengan Rp 90 per hari. Itu artinya menyisihkan 10% pastibisa dilakukan setiap orang. Lebih bagus kalau bisa 20%," ujarnya.

Menurut Yusman, atas alasan itu juga negara mengesahkan undang-undang yang mengatur soal dana pensiun bagi warga negara Indonesia."Disahkannya UU tersebut, sebenarnya merupakan pengakuan negara bahwa negara tidak bisa menjamin sepenuhnya masa pensiun warga negara," ujar Yusman.

Yusman juga menegaskan, dengan diaturnya masalah dana pensiun oleh UU bukan berarti setiap orang yang bekerja sudah bisa bersantai-santai.

"UU tersebut memberikan pesan pada kita, bahwa sumber pendanaan masa pensiun harus dipikirkan oleh warga negara secara proaktif. Sebab ini menyangkut pemenuhan kebutuhan sehari-hari kita setelah memasuki masa pensiun," jelas Yusman.

"Jadi kita tidak bisa menyerahkan nasib kita bukan pada diri kita sendiri. Persiapan dana pensiun harus mulai dilakukan oleh semua orang saat usiaproduktif. Bentuknya bisa dengan menabung 10-20% per bulan, atau mulai memikirkan investasi," ujar Yusman.

Haris menimpali, kesadaran masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan dana pensiun masih rendah. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya tingkat jaminan sosial di Indonesia.

"Singapura contohnya, porsi social security sudah mencapai 33%. Indonesia baru sekitar 6,64%. Ini menunjukkan rendahnya kesadaran kita dalam mempersiapkan jaminan bagi kehidupan kita sendiri," papar Haris.

Oleh sebab itu, Haris menegaskan kesadaran memikirkan sumber pendanaan di masa pasca kerja harus mulai menjadi bagian dari masyarakat Indonesia terlebih dahulu, sebelum berangan-angan hidup tenang di masa pensiun.

"Lagipula sudah diatur kok dalam UU, baik yang wajib maupun yang sukarela. Tinggal masalah keinginan dan kesadaran saja untuk bisa mewujudkan dan menjalankan masa pensiun yang tenang tanpa perlu memikirkan sumber pendanaan," ujar Haris.

Jadi sudahkah Anda atau perusahaan Anda peduli soal dana pensiun? (dro/ir)

Minggu, Oktober 26, 2008

Krisis Keuangan Dunia dan Investasi Kita

Mungkin sama-sama telah kita ketahui bahwa saat ini pasar keuangan dunia sedang dilanda krisis kepercayaan. Dimulai dengan cerita subprime mortgage di Amerika yaitu pemberian kredit perumahan kepada individu-individu yang sebenarnya kurang layak namun dengan bunga yang lebih tinggi dan akhirnya mereka tidak sanggup bayar lagi sehingga menyeret perusahaan pemberi kredit mengalami kesulitan likuiditas. Terlebih lagi hutang-hutang tersebut disekuritasi oleh para investment bank dalam bentuk Collateralized Debt Obligations (CDO) dan dijual kepada investor-investor dengan imbal hasil yang tinggi dengan rating yang sama instrumen obligasi lainnya.

Dan akhirnya lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti Bear Stearns, Freddie Mac, Fannie Mae, Lehman Brothers sampai dengan AIG serta masih ada lagi lembaga2 yang mengalami kesulitan likuiditas sehingga harus merger ataupun melakukan aksi korporasi lainnya yang menyebabkan harga sahamnya turun dan paling parahnya ada yang sampai bangkrut..Bahkan The Fed dan Pemerintah Amerika Serikat harus mem-bailout lembaga2 tersebut dengan dana sampai ratusan milyar dollar. Bukan dana yang sedikit…

Imbasnya akhirnya menyeret pasar keuangan global juga dilanda kepanikan, termasuk di Indonesia. Karena pasar modal Indonesia adalah pasar yang sangat bebas dan banyak investor2 asing yang berinvestasi sehingga pada saat mereka membutuhkan likuiditas, investasi2 mereka di belahan dunia lain termasuk emerging market mau tidak mau harus dijual untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Akibatnya pasar modal di Indonesia dan negara2 lain turun cukup dalam. Saat tulisan ini dibuat IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sudah menyentuh level 1244 yang kalau dihitung-hitung sudah turun 54% dari akhir Desember 2007. Harga Surat Utang Negara (SUN) yg risk free juga mengalami penurunan yang cukup dalam. Contoh paling mudah harga ORI (Obligasi Negara Ritel Indonesia) dari seri awal s/d akhir berguguran semuanya sehingga apabila investor ingin menjual ORI saat ini maka akan mengalami kerugian. Tapi jangan takut, kuponnya tetap akan dibayarkan dan apabila dipegang sampai jatuh tempo akan dibayarkan 100%.

Banyak investor-investor di pasar modal Indonesia seperti investor saham, reksadana, unitlink, dsb akhirnya mengalami penurunan nilai asset yang sangat signifikan dalam waktu yang singkat. Mereka (termasuk saya) diliputi kekhawatiran, apakah nilai assetnya akan kembali naik atau bahkan mengalami penurunan terus menerus? Suatu pertanyaan yang saya rasa saat ini sangat susah untuk menjawabnya...

Lalu, apa yang dapat kita petik dari kondisi ini?

Ingatlah selalu bahwa yang namanya investasi adalah untuk tujuan jangka menengah-panjang. Konsekuensinya dalam periode tersebut selalu ada dinamika atau naik-turunnya nilai investasi...Sebelum kita berinvestasipun, khususnya di asset keuangan, umumnya selalu diberikan kuesioner untuk menentukan profil risiko diri kita sendiri. Apakah cocok dengan asset keuangan yang "high risk high return" atau "low risk low return". Profil risiko tersebut akan sangat berguna pada saat-saat kondisi pasar sedang dalam penurunan sehingga kita diharapkan lebih siap dan jangan terlalu panik. Kalau pasar sedang bagus tentunya semua orang akan senang khan...

Lihat kembali investasi yang telah kita lakukan..Seharusnya jangan berinvestasi untuk tujuan jangka pendek. Apabila memang untuk tujuan jangka pendek akan lebih baik diinvestasikan di Perbankan dalam bentuk Deposito. Karena investasi memerlukan waktu untuk berkembang, jangan berharap dengan berinvestasi di pasar keuangan akan langsung mendapat untung dalam waktu yang singkat. Bukan itu konsepnya...

Setelah tujuan investasi coba kita lihat juga cara kita melakukan investasi? Apakah yang sekali bayar atau secara berkala? Bagi yang investasinya sekali bayar mungkin bisa dipertimbangkan untuk menambah investasinya sedikit demi sedikit dan bagi yang investasinya secara berkala juga tidak perlu berhenti, diteruskan saja..Yang penting investasi tersebut tidak kita perlukan dalam waktu yang dekat. Namun, bukan berarti setelah kita berinvestasi nilainya langsung naik ya...Istilahnya itu Dollar Cost Averaging.

Yach, semoga saja kondisi ini dapat segera berlalu dan semuanya kembali normal kembali....Amien3x

Sabtu, Juli 12, 2008

Tak Terlalu Memikirkan Penghematan Meski Terhimpit Inflasi

Artikel dibawah saya kutip dari salah satu situs di internet yang karena sudah cukup lama akhirnya saya sudah lupa nama situsnya...

Menarik untuk dibaca karena ternyata masalah konsumerisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di negara yang dianggap sudah lebih maju juga mengalami hal yang sama. Mempunyai penghasilan yang tinggi ternyata belum tentu juga memperlihatkan adanya perilaku konsumsi yang cenderung lebih baik.

Apakah kita sendiri ingin melakukan hal yang sama ataukah memperbaiki perilaku konsumtif sehingga mempunyai kehidupan di masa depan yang jauh lebih baik bersama keluarga? Anda sendiri yang harus menjawabnya....

Sukses
Ongkie B


Friday, 20 June 2008

Tanpa mengemban beban finansial yang sebenarnya, orang-orang muda dewasa tampaknya tidak ingin memeriksa kebiasaan belanja mereka.
ADAbeberapa sisi tak terungkap dari cerita inflasi yang mengungkung warga Singapura selama tahun lalu. Teman saya,wanita 24 tahun, lajang dan berasal dari luar negeri,menjadi salah satu contoh pada sisi cerita ini.
Sebagian besar gajinya dia pakai untuk membayar sewa apartemen satu kamarnya di Novena Square. Sementara dia merasakan dampak kenaikan harga,dia tetap berusaha membeli tas tangan merek Miu Miu atau Tods sekali dalam tiga bulan.
Dia makan di luar apartemen tiap hari dan hampir selalu makan malam di sebuah restoran. Tapi,semua itu berubah setelah dia menyadari kenaikan harga-harga akibat inflasi. Seperti teman saya itu, saya juga harus mengubah kebiasaan berbelanja saya akibat tekanan inflasi.
Nyatanya saya menganggap diri saya lebih kaya dari dia. Seharusnya saya tidak perlu khawatir untuk membayar sewa atau belanja kebutuhan sehari-hari karena saya tinggal dengan orangtua saya. Jadi,apa yang harus saya lakukan setelah seporsi nasi ayam naik dari 3 dolar Singapura (sekitar Rp20.000) pada bulan lalu menjadi 4 dolar Singapura (sekitar Rp27.000) pada saat ini?
Hmm...kenaikan itu membuat saya harus berpikir ulang untuk membelinya. Tentu saja saya dan teman saya itu sangat sadar bahwa saat ini kita hidup di waktuwaktu yang tidak biasa–di April saja,inflasi mencapai 7,5%,angka yang sama terjadi pada 26 tahun lalu. Tapi,kita tampaknya satusatunya yang harus dibelit inflasi.Banyak warga Singapura, terutama yang masih muda-muda,tidak terlalu memikirkan betul dampak inflasi.
Menurut laporan Straits Timesawal bulan ini,pekan pertama Great Singapore Sale (GSS) ditandai dengan penjualan yang sangat cepat, dengan empat peritel terbesar melaporkan kenaikan penjualan 10–20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Juru bicara produsen tas mewah dan barang-barang dari kulit Furla mengatakan, meskipun secara keseluruhan pasar masih berjalan pelan, bisnis mulai menggeliat sejak awal tahun ini.
Beberapa orang muda dewasa pun masih membeli jam tangan merek ternama seperti Rolex,Cartier,dan merek ternama lainnya,demikian menurut The Hour Glass. ”Orang muda memiliki rasa glamor yang lebih tinggi,” ungkap Jubir Furla. Beberapa konsultan finansial mengaku tidak kaget dengan banyaknya anak muda Singapura yang belum mengubah gaya belanja mereka dalam belitan inflasi yang terus naik saat ini.
”Mereka ini anak-anak muda yang punya tendensi berpikir untuk besok dan hidup untuk hari ini,yaitu pemikiran bahwa apa yang saya miliki sekarang,saya lebih suka menghabiskannya,” terang Jason Huang, penasihat keuangan di perusahaan konsultan keuangan independen. Huang juga mengatakan, banyak pemuda yang bekerja sering kali tidak punya ”dana darurat”.
Sementara banyak profesional muda tampak tidak terlalu memikirkan kenaikan harga,dampak inflasi terhadap mereka bisa jadi lebih serius dari yang mereka kira.”Inflasi mengikis kekuatan belanja mereka,kenaikan gaji dari tahun ke tahun terkikis inflasi tinggi,”ungkap ekonom UOB Ng Shing Yi. ”Dalam jangka panjang, inflasi akan memengaruhi prospek kerja mereka ketika perusahaan melakukan perampingan akibat naiknya beban biaya,”imbuhnya. (*)
Oleh: Alicia Wong
alicia@mediacorp.com.sg
'

Selasa, Mei 13, 2008

Mahalnya Biaya Pendidikan di Perguruan Tinggi

Ada artikel yang dimuat di harian Kompas tgl 12 Mei 2008, isinya yaitu mengenai mahalnya biaya pendidikan di PTN saat ini yang dapat mencapai > Rp 100 juta. Sangat menarik karena memperlihatkan betapa mahalnya biaya pendidikan saat ini. Dapat dibayangkan, kalau sekarang saja sudah ratusan juta bagaimana dengan 15 tahun yang akan datang...? Sudah pasti akan jauh lebih mahal lagi khan.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Buat perencanaan yang matang, hitung biaya pendidikan yang akan diperlukan dan segera berinvestasi di instrumen2 yang sesuai serta jangan lupa dipersiapkan "payung" cadangannya...

Sukses
Ongkie B



Masuk PTN Bisa Lebih dari Rp 100 juta
Jalur Masuk Amat Beragam

Senin, 12 Mei 2008 01:39 WIB

Jakarta, Kompas - Biaya masuk perguruan tinggi negeri bisa mencapai angka di atas Rp 100 juta, sementara setiap semester dapat mencapai Rp 70 juta. Tingginya biaya tersebut semakin memperkecil akses masuk ke pendidikan tinggi.
Demikian benang merah persoalan menyangkut biaya masuk perguruan tinggi negeri yang didapatkan Kompas dalam pencarian selama sepekan terakhir, mulai dari Jakarta (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Surakarta (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), hingga Makassar (Sulawesi Selatan).
Besar biaya masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tersebut bergantung pada program S-1 yangdiambil serta bidang ilmu yang dipilih. Program tersebut beragam dan berbeda antara satu PTN dan PTN lain. Bahkan, ada PTN yang membuka program internasional. Pada program ini, mahasiswa membayar biaya berlipat-lipat dibandingkan program reguler pada setiap semesternya.
Bagi para calon mahasiswa yang gagal masuk melalui program S-1 reguler lewat seleksinasional masuk PTN (SNMPTN), hampir semua PTN yang dihubungi memiliki program non-SNMPTN. Biaya masuk program non-SNMPTN ini lebih tinggi dibandingkan jalur SNMPTN. Program non-SNMPTN ini pun berbeda antara satu PTN dan PTN lain—ada yang memiliki lebih dari lima program.
Semua angka tersebut bisa kita bandingkan dengan biaya kuliah di National University of Singapore yang biayanya (tuition fee) berkisar 9.540 dollar Singapura-27.350 dollar Singapura atau di Malaysia, Universitas Kebangsaan Malaysia, yang memasang biaya 1.167 ringgit Malaysia hingga 1.500 ringgit Malaysia.
Kelas internasional
Dari sejumlah program seleksipenerimaan mahasiswa baru, yang termahal adalah jalur internasional. Universitas Indonesia pada tahun ini menerapkan jalur tersebut.
Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan, selain program S-1 reguler, pihaknya membuka kelas internasional untuk Fakultas Kedokteran, Teknik, Ekonomi, Psikologi, dan Ilmu Komputer. Biaya kuliah per semester tiga kali lipat program S-1 reguler.
Untuk Kedokteran, uang pangkal (biaya masuk) Rp 70 juta, dengan biaya per semester Rp 35 juta. Fakultas Teknik uang per semester Rp 20 juta, uang pangkal Rp 15 juta, sedangkan Ekonomi uang pangkal Rp 26 juta dan Rp 25 juta per semester.
Menurut Gumilar, kelas internasional ini berbeda dari kelas reguler. Kurikulumnya adalahkurikulum internasional dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. ”Mereka punya ruang kuliah khusus. Fasilitas belajar, seperti ruang kuliah, misalnya, standarnya lebih tinggi,” kata Gumilar.
Bahkan, di beberapa fakultas, seperti Psikologi, UI bekerja sama dengan Universitas Queensland, Australia, untuk program double degree dan penggunaan tenaga pengajar asing.
Sementara itu, Universitas Airlangga, menurut Pembantu Rektor I Unair Muhammad Zainuddin, tahun ini berencana membuka kelas internasional. ”Segala sesuatunya sedang dirancang,” katanya.
Sementara Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, jalur non-SNMPTN ada dua, yaitu penelusuran bibit unggul sekolah (PBUS) dan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Mereka yang gagal di PMDK bisa menggunakan program PBUS dengan syarat sama, nilai rapor SMA semester I-V rata-rata 7,0 dan tak ada nilai di bawah 5,0.
Sumbangan pembinaan pendidikan dari program-program itu sama, yaitu Rp 660.000 per semester. Namun, bagi PBUS masih ditambah biaya pengembangan institusi (BPI), untuk Fakultas Kedokteran Rp 100 juta, tetapi hanya Rp 2,5 juta bagi yang lewat PMDK. Untuk jurusan lain, BPI rata-rata di bawah Rp 10 juta.
Menurut Pembantu Rektor I UNS Ravik Karsidi, pembukaan jalur PBUS dan SPMB swadana adalah untuk memperluas akses masuk bagi calon mahasiswa. Diakuinya, jalur ini adalah jalur ”pintar dan kaya”.
Sementara itu, menurut Ketua Tim Promosi Institut Teknologi 10 Nopember Budi Santosa, ada 5kategori PMDK, di antaranya PMDK beasiswa. Mereka yang lolos PMDK beasiswa bebas uang gedung dan SPP. Mereka adalah pelajar dengan nilai akademis menonjol. Sementara di Universitas Airlangga ada empat jalur PMDK (umum, prestasi, alih jenjang, dan diploma).
Dari wilayah timur Indonesia, Universitas Hasanuddin membuka tiga jalur non-SNMPTN, yaitu jalur nonsubsidi (JNS), jalur penelusuran potensi belajar, dan jalur prestasi olahraga, seni, dan keilmuan. Yang termahal adalah JNS. Pada jalur ini mahasiswa membayar rata-rata uang kuliah Rp 20 juta setahun, sedangkan dari jalur SNMPTN rata-rata hanya Rp 1,5 juta setahun. Kepala Humas Unhas Dahlan Abubakar mengatakan, dana tersebut untuk subsidi silang. (A05/A10/NAR/INE/JON/EKI/eln)

Senin, Mei 12, 2008

HASIL RISET MERRILL LYNCH, Indonesia Pasar Terfavorit di Asia

Ada berita bagus dari salah satu Investment Banking besar di dunia. Semoga saja apa yang dibilangnya menjadi kenyataan...Saya sendiri sebenarnya juga agak-agak khawatir dengan kondisi saat ini, komoditas energi yang cenderung naik terus, inflasi yang juga tinggi serta rencana kenaikan BBM dalam waktu yang dekat.

Apapun yang terjadi, semoga perkenomian Indonesia semakin hari dapat semakin baik lagi..

Setuju khan...

Happy Investing
Ongkie Budhidharma

HASIL RISET MERRILL LYNCH, Indonesia Pasar Terfavorit di Asia

12/05/2008 10:06:23 WIB
JAKARTA, Investor Daily
Indonesia menjadi pasar terfavorit di kawasan Asia dengan earning revision ratio (ERR) tertinggi dan satu-satunya yang memperoleh nilai positif. Proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (gross domestic product/GDP) juga menempati posisi ketiga setelah Tiongkok dan India.

Hasil riset perusahaan sekuritas asing Merrill Lynch Co pada akhir April 2008 menyebutkan, penelitian tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan alokasi aset perusahaan pada setiap sektornya. Penilaian itu menggunakan model penelitian kuantitatif dengan mengamati beberapa variabel seperti mata uang, pertumbuhan ekonomi, dan prediksi pendapatan negara.

Merrill Lynch sebelumnya mengalokasikan asetnya di Indonesia sebesar 4%, dengan tingkat acuan indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) 1,8%. Namun, dalam kenyataannya, berdasarkan model penelitian tersebut, alokasi aset di Indonesia meningkat menjadi 5,3%, atau lebih dari tiga kali acuan MSCI.

Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan peningkatan alokasi aset terbesar dibanding negara lain.

Dalam laporannya, Merrill Lynch menyatakan, kondisi tersebut sangat mengejutkan, karena banyak pelaku pasar menilai Indonesia berada pada tahap kesulitan inflasi yang serius. Negara lain yang memiliki kesamaan dengan Indonesia, seperti India dan Filipina, justru mengalami penurunan alokasi aset dibanding sebelumnya.

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi berjangka sepuluh tahun yang pada Februari 2008 sebesar 10%, kini sudah mencapai 13%. Kondisi tersebut dipicu oleh peningkatan risiko global sejak Maret 2008 yang memacu penurunan aset keuangan di dalam negeri.

Hal itu berbeda dengan negara lain di Asia yang justru mereguk keuntungan dari situasi tersebut.

Meskipun demikian, inflasi bukan merupakan faktor utama. Menurut Merrill Lynch, inflasi di dalam negeri yang saat ini mencapai 9%, masih di bawah rata-rata 10 tahun sebesar 14,7% dan rata-rata 20 tahun sekitar 11,7%. Sementara itu, tingkat inflasi di Singapura mencapai 6,7%, atau level tertinggi selama 26 tahun terakhir.

“Perbedaannya, Singapura memperbolehkan kenaikan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Sedangkan Indonesia harus melalui beragam kebijakan. Pemerintah Indonesia lebih memilih untuk meneruskan subsidi bahan bakar minyak,” lanjut analis Merrill Lynch.

Sementara itu, indeks Singapore Straits Times terkoreksi 4% year to date, dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 16% year to date. Pelaku pasar berasumsi, inflasi dapat memicu krisis di dalam negeri, bila pemerintah tidak segera mengambil kebijakan untuk mengantisipasi penarikan modal (capital outflow) dan keadaan darurat.

Kebijakan Tegas
Merrill Lynch menambahkan, banyak dana yang akan masuk ke Indonesia, jika pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat menetapkan kebijakan lebih tegas. Titik baliknya, lanjut Merrill Lynch, adalah saat Menko Perekonomian Boediono dilantik sebagai gubernur BI pada 17 Mei 2008.

Meskipun demikian, sebelumnya BI juga sudah menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 8,25% untuk menekan inflasi. Kebijakan itu ditempuh setelah tingkat inflasi tetap tinggi pascakenaikan harga bahan baku.

Kepala Riset PT Erdikha Elit Lanang Trihardian sependapat, pasar saham di Indonesia merupakan salah satu peluang investasi menarik di Asia setelah Tiongkok. Bursa saham Indonesia sudah mencerminkan perubahan signifikan. (c119)

Rabu, April 23, 2008

Pendanaan Pesangon Bagi Karyawan

Beberapa waktu terakhir kalau kita baca di koran ada maskapai penerbangan nasional yang terpaksa dihentikan kegiatannya oleh Pemerintah akibat berbagai macam permasalahan yang menimpanya. Maskapai yang sebagian besar sahamnya ini dimiliki oleh suatu keluarga besar dan group konglomerat dicabut izinnya sejak beberapa waktu yang lalu dan akhirnya menyisakan masalah-masalah khususnya berkaitan dengan ketenagakerjaan.

Pihak perusahaan menjanjikan bahwa gaji akan tetap dibayarkan untuk beberapa bulan mendatang namun sempat terjadi demo karena gaji terakhir bulan Maret belum dibayarkan. Betapa sedihnya bagi karyawan-karyawan yang mengalami hal itu. Bagaimana rasanya bagi karyawan yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga tentunya akan sangat merasakan kesulitan yang dihadapinya. Selain masalah gaji tentunya akan timbul juga kekhawatiran diantara para karyawan mengenai masa depan perusahaan tempatnya bekerja. Apakah akan tutup atau dapat lanjut meneruskan operasionalnya? Kalau ternyata lanjut, karyawan mungkin tidak akan terlalu khawatir namun apa jadinya apabila ternyata perusaahaan memutuskan untuk tutup? Karyawan tidak mempunyai pekerjaan lagi dan harapan terakhirnya adalah menerima uang pesangon.

Apabila ternyata perusahaan tidak melanjutkan usahanya atau tutup maka karyawan akan mendapatkan uang pesangon sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yaitu UU 13/2003 mengenai ketenagakerjaan. Sebelum karyawan tersebut mendapatkan pekerjaan lagi maka uang pesangon itu-lah yang akan menjadi salah satu sumber pendapatan. Bayangkan, apabila ternyata karyawan tidak menerima uang pesangon, bagaimana nasib masa depannya dan keluarganya? Apalagi sekarang ini, mencari pekerjaan yang sesuai bukanlah hal yang mudah.

Mengenai pembayaran uang pesangon adalah wajib sesuai ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan (13/2003). Menurut ketentuan, perusahaan mempunyai kewajiban pembayaran pesangon terhadap karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diatur dalam Bab XII UU 13/2003. Berapa jumlah uang pesangon yang akan diterima tergantung kepada masa kerja karyawan tersebut dan alasan PHK-nya serta tentunya gaji terakhir yang diterimanya. Oleh karenanya masing-masing karyawan akan menerima jumlah yang berbeda. Contohnya untuk pembayaran uang pesangon karena mencapai usia pensiun normal maksimal adalah 32x gaji terakhir sementara untuk yang mengalami cacat total dan tetap maksimalnya adalah 44x gaji terakhir.

Bagi karyawan karena pembayaran uang pesangon sudah dijamin dengan UU maka relatif lebih tenang memikirkan masa depannya. Walaupun tidak bisa 100% tenang juga ya... Sementara bagi perusahaan yang harus dilakukan adalah cara mempersiapkan dananya..Bagaimana perusahaan mampu memenuhi kewajibannya atas pembayaran uang pesangon setiap saat. Karena siapa yang tahu karyawan harus mengalami PHK dan ternyata setelah dihitung-hitung uang pesangonnya cukup tinggi sehingga memberatkan kondisi keuangan perusahaan. Nah....sebagai langkah antisipasi sebaiknya perusahaan juga mempersiapkan dananya sehingga terhindar dari lonjakan kewajiban yang begitu tinggi pada suatu waktu.

Kalau dibuat analoginya dalam kehidupan sehari-hari mirip dengan perencanaan dana pendidikan...Kita nabung dari sekarang dan nanti saat dibutuhkan tinggal diambil saja. Kalau ternyata dananya kurang tidak akan terlalu memberatkan...daripada tidak ada persiapan sama sekali...Setuju khan?

Rabu, April 16, 2008

SURVEI ING SECURITIES, Mayoritas Pemodal Pilih Deposito dan Emas

Akhirnya kembali lagi, back on-line, karena sejak beberapa hari terakhir ini koneksi internet mengalami gangguan dan baru normal lagi kemarin.

Berhubung sejak beberapa minggu terakhir ini, pasar keuangan dunia mengalami guncangan hebat yang akhirnya berimbas ke pasar keuangan Indonesia, topik2 investasi masih akan menghiasi blog ini.

Berbicara mengenai investasi apalagi investasi untuk keluarga tidak lepas dengan yang namanya produk2 keuangan ataupun jenis produk lainnya. Saya pernah ketemu dengan orang yang paling senang dengan investasi di tanah, asal ada uang nganggur yang cukup, dia akan cari lokasi2 tanah yang menjanjikan. Namun ada juga yang senang dengan berinvestasi di batu mulia (emas, berlian, dsb) karena katanya harganya akan selalu naik dan mudah dijualnya. Apapun pilihan investasinya tentunya berpulang lagi kepada si orang atau keluarga tersebut. Tidak ada produk investasi yang sempurna, pasti akan ada kelebihan ataupun kekurangannya.

Produk2 investasi-pun tidak selamanya memberikan keuntungan yang terus-menerus..Ada saatnya investasi itu akan turun namun ada saatnya investasi tersebut akan naik. Kalaupun saham-saham saat ini sedang dilanda musim gugur tapi khan tidak selamanya seperti ini nanti juga akan menikmati yang namanya musim semi...he3 Amien.

Artikel dibawah dikutip dari http://www.investorindonesia.com/. Bagi saya topik ini sangat menarik karena mirip dengan survei yang saya bikin sebelumnya di blog ini juga. Ternyata pikiran saya dengan orang bule Netherland hampir2 mirip...he3

Nah, agar ada perbandingan antara survei yang dilakukan Investment Bank yang jadi sponsornya team F-1 Renault ini, apabila tidak berkeberatan, mungkin dapat menjawab survei yang saya buat di Blog ini. Harapannya survei tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua yang ingin berinvestasi.

Sukses & Happy Investing


16/04/2008 18:55:41 WIB
Oleh Arinto Tri Wibowo

JAKARTA, Investor Daily

Investor ritel di Indonesia memilih deposito tunai, emas, dan properti di tengah ketidakpastian pasar saat ini. Sebanyak 66% investor Indonesia menerapkan strategi berimbang dengan mencari investasi untuk pertumbuhan jangka menengah dan jangka panjang.

Survei triwulanan ING Securities Indonesia menyebutkan, selain bergeser ke arah pemilikan uang tunai, deposito, dan emas pada kuartal I-2008, investor di Indonesia masih konsisten berinvestasi pada reksa dana dan saham.

“Ini menunjukkan investor Indonesia cukup konservatif dan menjalankan pendekatan wait and see,” kata Presiden Direktur ING Securities Indonesia Robert Schoelten dalam siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, Selasa (15/4).

Meski demikian, pemodal di Indonesia optimistis mampu meningkatkan nilai investasi mereka pada kuartal II-2008.

Dia mengatakan, pemodal di Indonesia menempati peringkat ketiga investor paling optimistis di Asia pada kuartal I-2008. Peringkat tersebut diperoleh dari hasil survei PT ING Securities Indonesia beberapa waktu lalu.

Selain Indonesia, survei juga meneliti kondisi investor di negara Asia lainnya seperti Tiongkok, Hong Kong, India, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand. ING juga menyurvei investor di Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Dalam survei tersebut, Indonesia meraih indeks sentimen sebesar 131, atau turun dari kuartal IV-2007 yang mencapai 136. Sementara itu, indeks sentimen tertinggi diraih India 168, disusul Tiongkok 136. (Lihat tabel)

“Survei itu menunjukkan penurunan sentimen investor di Asia, sehingga tercermin bahwa krisis subprime dan keterbatasan kredit masih menjadi faktor yang mengkhawatirkan,” tegas dia.

Indeks sentimen investor Asia turun menjadi 125 pada kuartal I-2008 dibanding kuartal IV-2007 yang mencapai 135.

Survei itu juga mencatat, 73% investor di Asia memperkirakan krisis kredit subprime akan memengaruhi keputusan investasi mereka pada kuartal II-2008. Sebanyak 58% investor Indonesia mengakui hal tersebut, atau naik dari kuartal IV-2007 yang hanya mencapai 35% investor.

Kondisi serupa juga terjadi pada 94% investor Singapura. Namun, investor Malaysia yang terpengaruh krisis tersebut hanya sebesar 55%, atau turun dari kuartal IV-2007 yang mencapai 69%.

Sementara itu, 63% investor Indonesia menyatakan, keputusan berinvestasi mereka pada kuartal II-2008 dipengaruhi oleh krisis subprime. Pengaruh tertinggi terjadi Singapura yang mencapai 93%, disusul Hong Kong 90%. Sedangkan pengaruh terendah berada di Taiwan, yang hanya mencapai 58%.

Selain itu, pandangan investor terhadap situasi ekonomi juga naik. Situasi ekonomi di Asia pada kuartal I-2008 diyakini 48% investor, dengan 32% investor optimistis situasi ekonomi membaik pada kuartal I-2008.

Namun, keyakinan investor Indonesia mengenai hal tersebut hanya mencapai 19%.
Meski demikian, sebanyak 48% investor di Indonesia optimistis situasi ekonomi di dalam negeri pada kuartal II-2008 akan bertumbuh.

Tiga Besar
Kepala Riset PT Sarijaya Permana Sekuritas Danny Eugone mengatakan, pada 2007, pertumbuhan bursa domestik menempati peringkat ketiga dunia. Tahun ini, fundamental pasar saham juga membaik.

Meski demikian, pelaku pasar tidak bisa mengharapkan pertumbuhan sebaik tahun lalu, karena dibayangi krisis subprime.

Menurut dia, fundamental perusahaan di Tanah Air juga masih solid. Hal tersebut dipengaruhi tiga faktor, yaitu kenaikan pasar karena pemangkasan subsidi pembangunan infrastruktur dari pemerintah, peningkatan harga komoditas minyak bumi, dan inflasi.

Sementara itu, Kepala Riset PT Recapital Securities Poltak Hotradero mengatakan, indeks di bursa domestik menguat sepekan terakhir.

Poltak menambahkan, pergerakan indeks banyak dipengaruhi oleh peningkatan fundamental emiten. Kenaikan tersebut sangat ditopang oleh kebijakan pemerintah, seperti pengendalian inflasi dan devisa negara. (c119)

Senin, April 07, 2008

Herd Mentality Hancurkan Bursa

Ada artikel menarik di www.investorindonesia.com

Minggu lalu merupakan minggu yang sangat-sangat mendebarkan khususnya bagi para investor di pasar modal. Bagaimana tidak, pasar saham turun hingga 8% begitupula dengan pasar obligasi. Kalau di deposito, investor masih mungkin mendapatkan bunga 8%/thn namun di pasar modal dapat turun 8% dalam satu minggu saja. Tidak terkecuali investor di reksadana ataupun unit-linked, semuanya terkena imbasnya.

Bagi investor jangka panjang tentunya penurunan ini dapat dijadikan momentum untuk melakukan investasi lagi di saat harga-harga sudah relatif lebih murah.

Apapun jenis investasinya tentunya ada sisi potensi hasil dan potensi risikonya. Kalau suatu produk investasi memberikan potensi hasil yang tinggi akan diimbangi dengan potensi risiko yang juga tinggi begitupula sebaliknya. Jangan pernah percaya bahwa ada produk investasi yang memberikan potensi hasil tinggi namun dengan potensi risiko kecil. Jangan pernah pula dalam melakukan investasi kita ikut-ikutan saja atau mengikuti trend tanpa pernah mengetahui seluk beluk dari produk investasi tersebut.

Selain itu sesuaikan produk investasi dengan berapa lama dan apa tujuan investasi kita..Kalau tujuan investasinya untuk mengumpulkan uang muka pembelian rumah tahun depan, akan kurang bijaksana apabila diinvestasikan ke instrumen yang lebih berisiko atau berencana untuk mempersiapkan biaya pendidikan akan tetapi investasinya hanya di deposito.

Semoga sukses dalam berinvestasi dan tetap optimis....


07/04/2008 09:38:01 WIB
TAJUK Investor Daily, 7 April 2008

Untuk kesekian kali pasar modal Indonesia dilanda panic selling. Pekan lalu, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpangkas hingga 8%. Penurunan ini terjadi saat bursa regional justru rebound.

Mengapa pasar modal Indonesia cenderung anomali dan rentan panic selling? Salah satu jawabannya adalah herd mentality yang diidap para pemodal lokal. Bagaikan kawanan hewan, pemodal lokal memburu saham yang dibeli asing dan menjual saham yang dilepas asing. Tidak ada independensi dalam memutuskan transaksi jual atau beli.

Herd mentality hanya mengakibatkan kerugian demi kerugian. Pemodal asing membeli pada saat harga murah dan melepas pada saat harga tinggi. Sebagai follower, pemodal lokal membeli pada saat harga sudah naik dan menjual pada saat harga saham turun.

Saat ini, pemodal asing tidak layak lagi menjadi indikator. Data BEI menunjukkan, transaksi asing tidak konsisten. Transaksi asing hari ini bisa saja net selling, tapi sehari berikut sudah net buying, dan seterusnya. Fakta ini memperlihatkan transaksi asing yang cenderung spekulatif dan berorientasi jangka pendek.

Peran lokal sudah cukup besar. Saat ini, porsi transaksi lokal sudah naik meningkat menjadi 60%. Tapi, dalam keputusan transaksi, pemodal lokal masih tetap bercermin pada asing dan menjadi follower.

Kejatuhan harga saham di BEI memang dipicu oleh krisis ekonomi AS yang berawal dari krisis subprime mortgage, yakni kredit macet perumahan masyarakat menengah bawah. Krisis ini membuat harga surat berharga dan berbagai derivatifnya yang berbasis kredit perumahan ambruk. Banyak perusahaan sekuritas dan bank komersial yang terkena krisis ini. Sebagian dari perusahaan itu bangkrut.

Untuk menutup dan mengurangi kerugian, perusahaan sekuritas asal AS yang beroperasi di Indonesia melepaskan portofolio saham. Aksi ini membuat pemodal lokal dilanda panic selling. Jatuhnya harga saham membuat pemodal lokal panik dan terpaksa melepaskan saham pada harga murah. Kondisi ini diperparah oleh ‘mental kawanan’ yang bertransaksi hanya ikut-ikutan.

Sebagai negara adidaya dengan PDB US$ 13,8 triliun atau 28% dari total PDB dunia, gerak ekonomi AS sedikit-banyaknya memengaruhi ekonomi dunia, termasuk perkembangan harga saham di BEI. Tapi, bisnis sebagian besar perusahaan bagus yang sahamnya tercatat di BEI tidak terkait langsung dengan AS. Dengan demikian, krisis ekonomi AS seyogianya tidak memengaruhi perkembangan harga sahamnya.

Faktanya, harga saham bluechips dan second layer di BEI rontok meski kinerja fundamentalnya bagus. Sekitar 80% dari 385 emiten di BEI yang sudah memublikasikan laporan keuangan meraih laba. Sebagian besar dari perusahaan ini mencatat kenaikan laba signifikan, bahkan cukup banyak emiten yang meraih laba hingga ratusan persen. Namun, saham dengan kinerja bagus ini justru anjlok harganya.

Harga saham di BEI tidak perlu jatuh begitu dalam seperti sekarang andaikan pemodal lokal tidak bermental kawanan, melainkan lebih mengandalkan pengamatan sendiri. Pemodal lokal harus bersikap bahwa sepandai-pandainya asing, pemahaman pemodal lokal tentang perusahaan Indonesia jauh lebih baik dibanding asing.

Pada saat harga saham hancur-hancuran seperti ini, baiklah kita bercermin pada superinvestor, Warren Buffett. Kekayaannya yang sudah mencapai US$ 65 miliar diperoleh dari sikap jitu dan persepektifnya dalam berinvestasi.

Saat membeli saham, kata Warren Buffett, kita harus berpandangan bahwa kita membeli perusahaan. Dengan cara pandang ini, horizon investasi kita tidak hanya untuk satu-dua tahun, apalagi hanya dalam hitungan bulan, pekan, dan hari, melainkan sedikitnya 10 tahun. Banyak saham di BEI yang adalah market leader di sektornya, berkinerja dan berprospek bagus.

Dengan horizon panjang seperti ini, pemodal tidak perlu panik oleh harga saham yang fluktuatif. Biarpun harga saham ambruk, pemodal tetap tegar, tidak terdesak untuk menjual karena akan tiba saatnya harga saham itu kembali terangkat. Jika cara pandang ini ada di mayoritas pemodal, harga saham tidak akan jatuh begitu dalam, bahkan sebaliknya rebound dengan cepat. ***

Kamis, April 03, 2008

Dipicu Volatilitas Pasar Finansial, Maret, NAB Reksa Dana Turun Rp 2 T

Dikutip dari www.investorindonesia.com

Terkait dengan penurunan IHSG di Bursa Efek Indonesia, total nilai aktiva bersih reksa dana juga mengalami penurunan. Menariknya, investor kita masih banyak yang melakukan subscription di Maret 2008 sehingga tercatat net subscription. Ini artinya masyarakat kita sudah lebih teredukasi dengan baik mengenai investasi di reksa dana khusunya di reksa dana saham. Pada saat IHSG turun, bukannya mereka melakukan penjualan melainkan melakukan pembelian.

Sama halnya dengan kondisi di pasar Obligasi, juga mengalami penurunan. Nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap juga ikutan turun. Harga Surat Utang Negara juga turun dan bahkan Pemerintah berencana melakukan buy-back. Harga ORI4 yang belum lama ini diterbitkan juga tidak luput terkena dampaknya. Informasi yang saya dapatkan, ORI4 diperdagangkan di harga 97-98% atau sudah turun 2-3% dari harga awalnya..

Disclaimer

Happy Investing


03/04/2008 19:22:14 WIB
Oleh Deviana Chuo
JAKARTA, Investor Daily

Total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per akhir Maret 2008 turun Rp 2,06 triliun menjadi Rp 93,11 triliun dibandingkan jumlah NAB reksa dana akhir Februari 2008 senilai Rp 95,18 triliun.

Meski demikian, jumlah total unit reksa dana (RD) meningkat menjadi 58,33 miliar dari bulan sebelumnya sebanyak 56,39.

Data e-monitoring Bapepam-LK menunjukkan, penurunan terutama terjadi pada RD pendapatan tetap sebesar 7,56% menjadi Rp 12,91 triliun dari sebelumnya Rp 20,79 triliun. Selain itu, NAB fixed income turun 4,76% menjadi Rp 483,48 miliar dari periode sebelumnya Rp 507,65 miliar.

Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Naresh Krishnan menilai, penurunan NAB reksa dana murni dipicu koreksi pasar modal global. Tren tersebut diperkirakan masih berlanjut seiring lonjakan harga sejumlah komoditas, seperti minyak mentah.

Analis Mega Capital Ukie Jaya Mahendra mengatakan, turunnya NAB reksa dana juga disebabkan anjloknya pasar finansial secara keseluruhan. Pasalnya, jumlah redemption (penarikan) dan subscription (masuk)masih dalam angka wajar. “Ini murni disebakan gejolak pasar dunia, soalnya redemption dan subscription normal-normal saja,” kata dia kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (2/4).

Pada Maret 2008, redemption tercatatRp 7,50 triliun dari bulan sebelumnya Rp 9,55 triliun. Subscription mencapai Rp 11,39 triliun dari periode sebelumnya Rp 8,89 triliun.

Ukie menilai, ketidakpastian pasar seharusnya memacu investor untuk melakukan subscribtion. Soalnya, pasar regional sedang rebound dan hanya terkendala oleh harga komoditas seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Sementara itu, NAB Manulife per Maret 2008 juga turun menjadi Rp 8,02 triliun dari bulan lalu senilai Rp 8,41 triliun. Naresh mengatakan, investor justru banyak menginvestasikan dana kepada produk-produk reksa dana. Manulife mencatat subscription senilai Rp 667,87 miliar, sedangkan pada Februari lalu hanya Rp 396,46 miliar. “Turunnya NAB reksa dana dipicu oleh kondisi pasar global. Saya yakin, kinerja Manulife lebih baik tahun ini dibandingkan tahun lalu,” ujar dia.

Ukie mengakui, harga RD saham kini murah. Kendati cenderung volatile, ia memperkirakan, produk ini mampu memberikan imbal hasil (return) sekitar 5-10% pada semester II-2008. Sedangkan Naresh memperkirakan, return bisa mencapai 15-20% dalam 12 bulan mendatang.

Jangka Panjang
Presiden Direktur First State Investment Legowo Kusumonegoro menambahkan, saat koreksi pasar terjadi, price earning ratio (PER) menjadi murah. Hal tersebut ikut mendorong investor untuk menginvestasikan dananya.

Menurut Legowo, pertumbuhan reksa dana tetap berlanjut. Oleh karena itu, investor harus lebih bijaksana dalam melihat kondisi pasar global terutama RD saham. “Pelaku pasar sebaiknya bijaksana dalam menyikapinya. Sebab, investasi pada RD baru terlihat manfaatnya dalam jangka panjang,” tegas dia.

Meskipun NAB turun, RD pendapatan masih tetap menjanjikan. Menurut Naresh, produk ini lebih atraktif dan dapat memberikan return sebesar 12% dalam 12 bulan. Ukie memperkirakan, imbal hasil RD fixed income sekitar 10% dalam satu tahun. Soalnya, kejatuhan pasar obligasi tidak akan berlangsung lama dan segera pulih kembali.

Naresh menjelaskan, tren positif di pasar obligasi mulai terjadi dalam dua bulan mendatang, terutama jika didukung turunnya harga komoditas.

ETF Saham Naik
Sementara itu, total NAB exchange traded fund (ETF) saham justru melonjak 68,83% menjadi Rp 99,55 miliar. Pada Februari 2008, NAB tercatat Rp 58,96 miliar. Namun demikian, sejak awal Januari 2008 hingga bulan lalu, redemption dan subscription ETF saham dan pendapatan tetap tidak ada.

Menurut Ukie, likuiditas ETF cenderung mengikuti pergerakan indeks di pasar saham dan obligasi. Oleh sebab itu, NAB ETF saham dapat naik signifikan. Sebaliknya NAB ETF pendapatan berpotensi turun karena jatuhnya harga obligasi korporasi dan pemerintah belakangan ini.

Over Reaction Angka Inflasi Tekan IHSG BEI Anjlok 104 Poin

Dikutip dari www.investorindonesia.com

Memang sejak beberapa minggu terakhir, Bursa Efek Indonesia mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Naik-turun dengan perbedaan yang lumayan tinggi. Bahkan hari ini saja Indeks Harga Saham Gabungan sempat turun 5% sebelum akhirnya ditutup turun 4.45%.

Ada yang bilang ini akibat adanya kekhawatiran investor terhadap relatif tingginya tingkat inflasi Maret 2008 yaitu sekitar 0.9%. Kalau dihitung-hitung di tahun 2008 ini IHSG telah turun dari level tertingginya sekitar 20%.

Mayoritas saham sudah banyak turun dari level tertingginya bahkan ada juga saham yang telah turun 40-50% walaupun saham tersebut adalah saham2 dengan fundamental yang baik.

Bagi yang ingin berinvestasi jangka panjang, mungkin saat sekarang ini boleh dibilang merupakan kesempatan yang baik. Bagi yang sudah terlanjur beli sebelumnya dan akhirnya nyangkut....Ya, kita senasib-lah..he3. But, harus tetap optimis.

Harap Diingat, "Saham adalah instrumen investasi untuk jangka panjang"

Disclaimer.

Happy Investing


03/04/2008 18:36:36 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

Over reaction (reaksi yang berlebihan) terhadap angka inflasi Maret masih membebani perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis, ditutup anjlok 104,218 poin (4,45%) untuk berada di posisi 2.237,971, sedangkan indeks LQ45 juga bergerak negatif dengan menurun 24,825 poin (4,96%) ke level 475,391.

Analis Riset PT Paramitra Asia Sekuritas Paradumuan kepada Antara, mengatakan, para pelaku pasar terlalu over reaction terhadap angka inflasi Maret year to year (tahunan) yang mencapai 8,17% atau di atas BI-rate sebesar 8,00%.

"Memang secara fundamental pasar masih menyoroti angka inflasi Maret, namun hal ini sudah over reaction," katanya.

Menurut Paradumuan, reksi yang berlebihan ini, selain inflasi, pasar saham yang sebagian besar dikuasai oleh pelaku margin pelaku pasar yang menggunakan transaksi margin melepas sahamnya karena jangka waktu pembayaran, sehingga memperparah penurunan indeks.

Dia juga mengungkapkan bahwa inflasi perlu perhatian pemerintah, karena sudah di atas BI-rate. "Jika tidak ada tindakan dari pemerintah ke depannya, akan di khawatirkan menjadi pemicu penurunan daya beli masyarakat, sehingga akan menahan industri di Indonesia," katanya.

Paradumuan juga menjelaskan bahwa keputuasan Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI-rate tetap sebesar 8,00% adalah langkah yang tepat.

"Sebenarnya BI dalam kondisi dualisme, karena suku bunga yang sudah negatif dibanding inflasi sangat berisiko untuk menghambat sektor riil, sehingga ke depannya pemerintah harus melakukan tindakan untuk menurunkan inflasinya," jelasnya.

Kondisi di atas telah membuat indeks BEI tidak mengikuti penguatan beberapa saham regional, seperti bursa Tokyo dengan indeks Nikkei-225 naik 200,54 poin menjadi 13.389,90, bursa Hong Kong dengan indeks Hang Seng ditutup naik 392,20 poin ke level 24.264,63 dan bursa Singapura dengan indeks Straits Times terangkat 46,93 poin menjadi 3.171,55.

Pada perdagangan di BEI Kamis ini masih didominasi saham yang turun sebanyak 187 dibanding yang naik hanya 17, sedangkan 33 stagnan dan 221 tidak aktif diperdagangkan.

Penurunan indeks dipimpin beberapa saham unggulan seperti saham Bumi Resources (BUMI) yang terkoreksi Rp 450 menjadi Rp 4.900, Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.650 ke posisi Rp 19.800, Telkom (TLKM) tergerus Rp 300 ke Rp 9.400, Bakrie Plantations (UNSP) melemah Rp 190 ke level Rp 1.300, Bank Mandiri (BMRI) tertekan Rp 125 ke harga Rp 3.025, dan Astra Agro Lestari (AALI) anjlok Rp 2.050 ke Rp 20.750.

Volume perdagangan mencapai 3,620 miliar saham dengan nilai Rp6,545 triliun dari 69.602 kali transaksi. (*)

Minggu, Maret 30, 2008

Sebaiknya Dengan Kartu Kredit

Tadi siang sepulangnya dari Muara Angke (abis beli ikan..he3), sempat nonton berita di TV. Sayang banget terlambat nontonnya, beritanya seputar kecenderungan kredit konsumtif yang akan banyak macet di Indonesia. Ada beberapa komentar yaitu dari ekonom Amerika, tukang ojek dan satu lagi saya tidak tahu namun dia sempat berkomentar kalau di Amerika ada problem Subprime Mortgage, di Indonesia mungkin akan ada Subprime Lending. Kemudian ada ilustrasi jumlah kredit dan rasio kredit macet di tahun 2007. Ada tiga jenis kredit, saya hanya ingat dua yaitu kartu kredit dan KPR. Yang menarik adalah jumlah kredit terbesar adalah berasal dari KPR dengan rasio kredit macet kalau tidak salah sekitar 5% dan kredit paling kecil berasal dari kartu kredit namun dengan rasio kredit macetnya 11%.

Wah..Wah....Ternyata semakin banyak orang Indonesia yang memanfaatkan kartu kredit sebagai kartu untuk berhutang.

Kartu kredit adalah bukan kartu yang memberikan pemiliknya tambahan/bonus uang untuk dibelanjakan dengan cuma-cuma. Banyak yang salah kaprah dengan memanfaatkan kartu kreditnya sebagai tambahan pendapatan. Padahal dengan digeseknya kartu kredit tersebut maka akan timbul kewajiban bagi pemiliknya untuk membayar tagihannya. Dengan anggapan seperti maka akhirnya banyak pemilik kartu kredit yang akhirnya terjebak hutang apalagi rata-rata kartu kredit memberikan tingkat bunga hutang yang lumayan tinggi. Coba bayangkan saja, kalau rata-rata kartu kredit memberikan tingkat suku bunga hutang 3,5% maka gampangnya tinggal dikali 12 saja yaitu 42%/thn. Ditambah dengan kemudahan pembayaran cicilan yaitu dengan pembayaran minimum sehingga seakan-akan terbebas dari kewajiban pembayaran hutangnya.

Kalau kita bandingkan dengan produk investasi, apakah ada yang dapat memberikan tingkat suku bunga seperti itu dan tetap? Kita juga tidak dapat meminta pihak penerbit kartu kredit untuk menurunkan tingkat suku bunga hutangnya karena hutang kartu kredit tidak disertai jaminan (risikonya lebih tinggi) sehingga cukup masuk akal kalau suku bunga hutangnya harus lebih tinggi daripada suku bunga hutang yang lainnya.

Memiliki kartu kredit, apalagi di saat sekarang ini, buat saya adalah suatu keharusan. Asalkan dapat dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin. Banyak juga koq manfaatnya...Misalnya saja, digunakan kalau ada situasi darurat, sebagai alat pengganti uang tunai sementara atau untuk pendebetan tagihan-tagihan rutin, dsb. Repot juga khan kalau mau beli sesuatu dengan harga yang relatif mahal tetapi harus bawa uang tunai atau harus ingat banyak tanggal untuk semua tagihan-tagihan rutin.

Penting juga diperhatikan setelah menggunakan kartu kreditnya dan timbul kewajiban maka lakukanlah pembayaran sebesar 100%. Jangan hanya membayar minimum atau 10% saja...Bisa repot kalau begitu, lihat lagi tulisan diatas bahwa suku bunganya relatif tinggi. Kalau kita tidak membayar penuh maka akan dikenakan tingkat suku bunga tersebut.

Semoga bermanfaat...

Rabu, Maret 26, 2008

Premi Asuransi Jiwa Naik 67%

Ada artikel mengenai kenaikan premi asuransi jiwa yang saya kutip dari http://www.okezone.com/

Produk asuransi jiwa yang sejak beberapa tahun terakhir ini marak adalah yang jenis Investment Linked (Unit Linked). Apalagi dengan iklim investasi di pasar modal yang juga atraktif akhirnya menambah keyakinan masyarakat untuk berasuransi sampai saat ini.

Apakah Anda sudah memiliki Asuransi Jiwa? Kalau kata pepatah, Sedia Payung Sebelum Hujan...


Rabu, 26 Maret 2008 - 12:10 wib
Nuria - Okezone

JAKARTA - Total pendapatan premi asuransi jiwa pada kuartal IV-2007 mencapai Rp44,4 triliun atau tumbuh 67 persen, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp26,5 triliun.Hal itu dipaparkan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Evalina Pietruschka, dalam jumpa pers, di Plaza Semanggi, Jakarta, Rabu (26/3/2008).

Dari total pendapatan premi tersebut, sebesar Rp30,6 trilun adalah pendapatan premi produksi baru. "Angka ini tumbuh signifikan 94 persen atau melesat dibanding posisi sebelumnya sebesar Rp15,8 triliun," jelasnya.

Tidak hanya itu, total pendapatan premi kuartal IV-2007 melebihi total pendapatan premi sepanjan 2006 yang hanya mencapai Rp27,3 triliun.

"Kebangkitan ini karena membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki asuransi jiwa," papar Evalina.

Industri asuransi jiwa juga melakukan inovasi produk dan meningkatnya jalur distribusi.

Industri asuransi jiwa nasional juga membukukan pertumbuhan perndapatan hasil investasi pada kuartal IV-2007 senilai Rp10,4 triliun, atau tumbuh 75 persen dibanding tahun yang sama tahun sebelumnya Rp5,9 triliun.

Sehingga total pendapatan industri asuransi jiwa menjadi Rp58,2 triliun atau tumbuh 76 persen dari Rp33,1 triliun.

Pertumbuhan total aset industri asuransi jiwa tercatat senilai Rp101,2 triliun atau meningkat 52 persen dibanding sebelumnya Rp66,4 triliun.

Data diperoleh dari data kinerja 40 perusahaan asuransi jiwa yang terdiri dari satu perusahaan BUMN, 24 perusahaan swasta nasional, dan 15 perusahaan patungan (joint venture). (rhs)

Minggu, Maret 23, 2008

Reksa Dana, Sebagai Salah Satu Instrumen Perencanaan Dana Pensiun

“Sebagian orang masih menganggap masa pensiun bagaikan akhir dunia. Hal ini bisa dihindari jika kita memiliki investasi yang tepat, untuk menjamin ketersediaan finansial sepanjang waktu yang kita inginkan”

Kutipan kalimat tersebut saya dapatkan dari brosur yang dikeluarkan oleh salah satu Bank BUMN. Kebetulan waktu itu ada keperluan transaksi ke CS setelah selesai muncul kebiasaan untuk cari-cari brosur yang terbaru dan ternyata di rak mejanya saya lihat ada brosur menarik yang kemudian saya bawa pulang.

Masa pensiun adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Sama seperti masa pendidikan anak yang rasanya tidak mungkin ditunda-tunda. Oleh karena sifatnya yang sudah pasti itu maka seharusnya kita mempersiapkannya dengan sedini mungkin. Kalau kata orang, tinggal tunggu saja tanggal mainnya....Walaupun sudah pasti akan terjadi tetap saja banyak orang yang belum mempersiapkannya dengan baik.

Tujuan dari perencanaan dana pensiun adalah untuk mempersiapkan sejumlah dana untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan biaya yang akan timbul di masa pensiun. Orang pensiun khan tetap saja butuh biaya-biaya...Masalahnya kalau umumnya sebelum masa pensiun alias masa produktif masih menerima penghasilan namun saat pensiun sudah tidak mempunyai penghasilan lagi.

Sekarang bagaimana mempersiapkannya? Banyak cara….Salah satunya berinvestasi melalui instrumen investasi Reksa Dana. Kenapa Reksa Dana, karena produk ini relatif mudah dijangkau , murah dalam arti dapat dibeli dengan nominal tidak terlalu besar dan memiliki potensi kinerja investasi yang relatif tinggi. Salah satu kunci keberhasilan dari perencanaan dana pensiun adalah kinerja investasinya dalam jangka panjang harus diatas tingkat inflasi. Nah, Reksa Dana memiliki karakteristik tersebut.

Berapa banyak yang harus disisihkan? Idealnya adalah dihitung dulu kebutuhan dana pensiunnya. Caranya dengan menghitung kebutuhan biaya saat ini dengan memperhitungkan tingkat inflasi sampai saat pensiun. Setelah itu baru dapat dihitung berapa besar dana yang harus disisihkan dari sekarang dengan asumsi investasi tertentu. Minimal pada masa pensiun, kita tetap dapat mempunyai gaya hidup yang tidak jauh berbeda atau bahkan lebih baik lagi

Reksa Dana jenis apa yang paling baik? Melihat dari jenis Reksa Dana yang tersedia saat ini sangat disarankan untuk Reksa Dana dengan unsur saham. Apakah itu yang sifatnya campuran atau mayoritas di saham. Andaikan kita cenderung mempunyai profil risiko yang konservatif tetapi dengan melihat potensi kinerja investasi yang dapat melebihi tingkat inflasi dalam jangka panjang, paling tidak harus ada Reksa Dana jenis ini walaupun minimal. Seiring waktu dan pengetahuan kita akan investasi lebih baik maka komposisi Reksa Dana dengan unsur saham dapat diperbesar lagi.

Belinya dimana? Hmm….Kalau dulu waktu Reksa Dana merupakan produk yang masih terbilang baru, belinya harus langsung ke perusahaan penerbitnya, Manajer Investasi. Saat ini, sudah banyak Bank yang menjadi agen penjualnya. Sehingga masyarakat memiliki akses yang lebih mudah untuk membelinya. Tidak ada masalah mau beli dimana, cari yang paling nyaman buat kita.

Setelah itu apa yang harus kita lakukan? Apapun alternatif yang dipilih, kunci mempersiapkan dana pensiun adalah harus disiplin ! Ya, disiplin dalam hal menyisihkan dananya. Karena kadang kejadian kita tidak disiplin sehingga target dana tidak tercapai dan akhirnya masa pensiunnya tidak seindah yang telah dibayangkan. Nah, agar tidak terlalu memberatkan kita dapat menyisihkannya secara rutin atau minimal tiap bulan. Segera setelah menerima gaji, jangan langsung dibelanjakan tetapi sisihkan sebagian untuk masa pensiun.

Selain melalui Reksa Dana, ada produk lain yang dapat digunakan sebagai perencanaan dana pensiun, yaitu Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Produk ini sebenarnya mirip-mirip Reksa Dana namun ada perbedaannya...Apa dan bagaimana DPLK, Insya Allah akan saya jelaskan pada kesempatan yang akan datang.

Minggu, Maret 16, 2008

Mengelola Anggaran Keluarga (cerita di sore hari)

Hari Selasa sore minggu yang lalu karena ada keperluan saya bertemu dengan teman lama waktu SMP. Terakhir tahun 2007 bahkan sebelumnya tidak pernah ketemu sama sekali.

Waktu kemarin kita ketemu, sebenarnya saya yang ada perlu untuk berdiskusi mengenai program kesejahteraan karyawan untuk perusahaannya. Namun, setelah kita berdiskusi cukup lama ternyata dia minta tolong saya untuk memberikan komentar terhadap rencananya untuk menyisihkan penghasilannya sebanyak 30-40% tiap bulannya.

Wow.....Saya sempat kaget pas dia bilang angka tersebut karena jarang-jarang saya ketemu orang yang dapat menyisihkan penghasilannya sebegitu besar. Dengan persentase yang saya rasa cukup besar itu banyak hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan masa depannya. Akhirnya kita berdiskusi panjang lebar mengenai kondisi keuangannya saat ini dan rencana keuangannya di masa depan.

Ternyata sampai saat ini teman saya tersebut belum punya yang namanya dana darurat. Dana tersebut akan berguna apabila mendadak terjadi sesuatu yang membutuhkan dana tunai yang segera. Umumnya berkisar antara 3 -6 kali pengeluaran bulanan. Terlalu tinggi juga akan kurang ideal karena dana darurat ini sebaiknya dimasukkan ke tabungan/deposito jangka pendek yang tentunya hasil investasinya relatif kecil.

Anaknya sudah berumur 2 tahun dan sudah mempersiapkannya dengan tabungan pendidikan...Setelah dihitung-hitung, ternyata dengan setoran sekarang tidak akan mengejar kebutuhan biaya pendidikan kelak. Saya sarankan untuk menambah setorannya tetapi diinvestasikan ke instrumen yang lain. Waktu itu saya berikan alternatif, Reksa Dana atau Unit Linked.

Alhamdulillah, dari sisi hutang tidak ada sama sekali. Katanya dulu sempat punya hutang kartu kredit tapi sudah dilunasi semuanya. Gak tahan lihat bunganya tiap bulan...Naik terus.

Perencanaan dana pensiunnya ternyata belum ada. Dari kantornya belum mempunyai produk seperti DPLK, secara pribadi juga belum melakukan apa-pun. Setelah kita hitung-hitungan secara cepat, kaget juga melihat uang yang harus dimiliki saat pensiun. Iya lah, paling tidak gaya hidup tidak banyak turun di masa pensiun syukur2 dapat lebih baik lagi.


Sebenarnya melakukan perencanaan keuangan itu tidaklah sesulit yang dibayangkan. Kita sendiri dapat melakukannya koq...Sudah banyak artikel, buku, situs internet yang berisikan informasi mengenai perencanaan keuangan keluarga. Kita dapat belajar banyak dari sana. Kalau tidak mau repot-repot ya tinggal hubungi saja perencana keuangan keluarga yang kita kenal.

Selasa, Maret 11, 2008

Pemerintah Mengambil Semua Permintaan ORI4

Dikutip dari situs http://www.kontan-online.com/

Akhirnya setelah ditutupnya masa penawaran, Pemerintah mengambil semua permintaan dari semua agen penjual. Apakah karena saat ini Pemerintah sedang butuh-butuhnya dana untuk menutupi defisit APBN?

Namun yang jelas, sudah banyak masyarakat Indonesia yang semakin tertarik dengan instrumen ini terbukti dengan terus naiknya permintaan dari setiap seri penerbitan walaupun masih terkonsentrasi di kota-kota besar Indonesia.

Apakah ada yang belum kebagian? Siapkan dana Anda untuk ORI5 yang diperkirakan akan terbit pada bulan September 2008


Pemerintah Menjual ORI 004 Rp 13,46 Triliun
Nuria Bonita
posted by kontan on 03/11/08

JAKARTA. Pemerintah tidak menyia-nyiakan kesempatan menggalang utang dari masyarakat. Pemerintah meladeni hampir seluruh permintaan untuk membeli Obligasi Ritel Negara Indonesia (ORI) 004 yang masuk. Padahal, selama dua pekan masa penawaran yang berakhir pekan lalu, jumlah permintaan obligasi eceran itu mencapai Rp 13,46 triliun atau meningkat 31,28% dari target indikasi awal yang sebesar Rp 10,25 triliun.Penjualan obligasi ritel kali ini jauh melampaui tiga seri ORI yang pernah terbit sebelumnya. ORI 001 hanya Rp 3,8 triliun. Adapun nilai ORI 002 dan ORI 003 masing-masing sebesar Rp 6,2 triliun dan Rp 9,37 triliun.Bahkan, sebetulnya, total pemesanan ORI 004 ini mencapai Rp 13,56 triliun. Cuma, dari jumlah itu, sebesar Rp 103,63 miliar tak memenuhi syarat karena beberapa investor memesan di beberapa agen dengan jumlah lebih dari Rp 3 miliar.Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, kegiatan sebelum dan saat pemasaran menjadi faktor utama yang membuat volume dan jumlah pemesan ORI kali ini melonjak. "Potensi pasar ORI masih sangat menjanjikan," katanya di Jakarta, kemarin. Karenanya, pemerintah akan memakai lagi instrumen ini untuk menutup bolongnya anggaran negara.Rahmat mengaku puas dengan hasil penerbitan ORI 004 ini. Sebab, selain berhasil menjaring investor lama, pemerintah mampu menjala investor yang baru pertama kali membeli ORI.Dari total 37.724 investor ORI 004, ada 26.089 investor baru.Tapi, penyebaran investor ORI belum merata. Sebanyak 48,96% dari total volume pemesan berasal dari Jakarta, dan 44,26% dari wilayah barat Indonesia. Cuma sebanyak 6,78%? yang berasal wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Sedangkan para wiraswastawan menjadi pembeli ORI terbanyak, yaitu 28,77% dari total pemesanan. Karyawan swasta dan ibu rumah tangga berada di posisi selanjutnya, yaitu masing-masing memesan 25,5% dan 19,11%.Selanjutnya, proses distribusi ORI 004 akan berlangsung Rabu besok dan bakal mulai dicatatkan sekaligus diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada 13 Maret. Oh, ya, kalau Anda belum kebagian ORI kali ini tak usah berkecil hati. Sebab, pemerintah akan menerbitkan ORI 005 pada September nanti. "Agennya sama karena kontraknya setahun," ujar Rahmat.

Minggu, Maret 09, 2008

Merencanakan Masa Pensiun Yang Nyaman

Beberapa hari yang lalu, saya diundang sebuah radio swasta untuk acara talkshow mengenai perencanaan keuangan di daerah Jakarta Selatan. Topiknya sendiri setelah sebelumnya berdiskusi sepakat kami akan membahas mengenai seluk beluk perencanaan masa pensiun.

Di awal acara, kami membicarakan beberapa hal mengenai pentingnya perencanaan dana pensiun yang diselingi dengan lagu. Kemudian kami mendiskusikan produk-produk keuangan dan alternatifnya untuk mencapai tujuan pensiun yang nyaman. Sempat terjadi kesalahan teknis yaitu matinya sistim di radio tersebut namun akhirnya sampai juga pada kesimpulan.

Intinya di talkshow tersebut kami membicarakan mengenai Masa Pensiun Nyaman. Yaitu, masa dimana kita sudah dapat menikmati sisa hidup tanpa harus lagi terlalu repot memikirkan biaya-biaya kehidupan saat itu.

Bagi banyak orang terkadang masa pensiun belum dilihatnya sebagai sesuatu yang menjadi prioritas. Karena waktunya juga masih panjang dan rasanya gimana gitu ya kalau membayangkan dan merencanakan sesuatu yang masih puluhan tahun lagi. Umumnya usia pensiun normal di Indonesia adalah pada usia 55 tahun. Jadi kalau sekarang kita berusia 30 tahun masih ada 25 tahun lagi..

Namun ada juga sebagian masyarakat yang sudah bertindak dengan merencanakan sesuatu untuk masa pensiunnya nanti. Mereka mungkin melihat kondisi orang-orang tua yang saat ini sudah tidak bekerja lagi dan sedang menikmati masa pensiunnya. Ada yang dapat hidup nyaman namun ada juga yang masih harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya sehingga memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi.

Menurut Anda, yang manakah yang sebaiknya kita ikuti? Golongan masyarakat yang menunda perencanaan masa pensiunnya atau golongan masyarakat yang bertindak saat ini apapun bentuknya demi masa pensiunnya yang nyaman?

Ada yang bilang, buat apa sich repot-repot membuat perencanaan saat ini, nanti saja kalau pendapatannya sudah tinggi? Mumpung masih muda, belum terlambat kalau hanya menunda beberapa tahun kemudian...

Berbeda dengan pendapat tersebut, beberapa tahun yang lalu, pernah ada survei yang dibuat oleh salah satu majalah ekonomi bekerja sama dengan bank swasta. Hasilnya adalah ternyata masih banyak dari kalangan eksekutif muda yang mempunyai pendapatan belasan-puluhan juta rupiah per bulannya tapi belum mempunyai perencanaan masa tuanya. Nah lo, padahal pendapatan sudah tinggi tapi katakanlah menabung untuk masa tuanya nanti belum dilakukan. Kebanyakan dari mereka lebih mementingkan kebutuhan gaya hidupnya saat ini yang cenderung konsumtif. Masih sedikit dari responden yang disurvei sudah mengenal produk-produk investasi mayoritas hanya mengenal produk-produk perbankan.

"Banyak Jalan Menuju Roma"...Begitupula dengan alternatif perencanaan dana pensiun kita. Paling mudah kita lakukan melalui produk-produk keuangan, misalnya Reksadana, Saham, dsb atau yang khusus untuk dana pensiun, seperti Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Apabila kurang cocok dengan produk keuangan, mungkin dapat merencanakannya lewat sektor riil, misal buat usaha dengan harapan pada saat pensiun nanti usaha tersebut dapat memberikan pemasukan. Kalau tidak cocok juga, dapat dimulai dengan beli asset tidak bergerak, seperti emas, tanah & properti. Suatu saat khan dapat dibangun usaha kost kost-an atau disewakan.

Kesimpulan dari talkshow tersebut adalah ada 3 (tiga) hal yang akan menentukan keberhasilan perencanaan dana pensiun. Yang pertama, waktu, yang kedua, jumlah uang yang akan disisihkan saat ini dan yang ketiga adalah kinerja investasi. Namun yang paling menentukan adalah Waktu. Karena waktu bersifat tidak tergantikan sementara jumlah uang dan kinerja investasi masih dapat dicarikan.

So, mulailah sekarang juga.....Sukses

Senin, Maret 03, 2008

Prediksi IHSG Hingga Akhir Tahun 2008 oleh UBS

Dikutip dari http://www.investorindonesia.com/

Bagi yang mempunyai investasi di instrumen pasar modal khususnya Saham dapat mempertimbangkan analisa dibawah ini walaupun jangan pula percaya 100%.

Hari ini (030308), IHSG turun sebesar 69,632 atau 2,56% akibat kekhawatiran investor terhadap ancaman resesi di Amerika Serikat dan harga minyak yang sudah menembus US$103.

Investasilah pada instrumen yang benar-benar Anda ketahui.

Happy Investing

UBS Prediksi IHSG Hingga Akhir 2008 Capai 3.050


03/03/2008 15:15:51 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com
PT UBS Securities Indonesia (UBS) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir 2008 mencapai level 3.050 walaupun pasar global sangat fluktuatif.

“Tren kenaikan IHSG didorong sektor pertambangan dan perkebunan yang menjadi primadona pelaku pasar tahun ini,” kata Head Research UBS Securities Indonesia Joshua Tanja, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Selain itu turunnya tarif interkoneksi para pelaku operator telekomunikasi akan mendorong harga saham sektor telekomunikasi. Dengan turunnya tarif interkoneksi justru akan mendorong naiknya volume pemakaian telepon akan meningkat dan hal tersebut akan menyehatkan sektor telekomunikasi.

Joshua juga menyebutkan saham sektor konstruksi dan beberapa saham properti tertentu juga akan menyokong laju IHSG. "Laporan penjualan semen Januari yang naik dan diperkirakan hingga akhir 2008 akan menjadi indikasi bagusnya sektor properti," tambahnya.

Kenaikan IHSG ini juga didorong optimisme analis UBS ini terhadap perkiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia minimal sebesar 5,8% pada 2008.

“Kombinasi dari tingkat konsumsi dalam negeri yang kuat, tingginya harga berbagai komoditas, berbagai infrastruktur besar, tingkat inflasi yang sehat serta tingkat suku bunga yang stabil akan mendorong pertumbuhan perekonomian minimal 5,8%,” tegasnya.

Walaupun perekonomian global yang tidak menentu akibat krisis subprime mortgage di AS, namun Joshua tetap optimistis akan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan pasar saham Indonesia masih tetap menarik.

Sementara Presiden Direktur dan Head of Indonesia Equities UBS Sarah-Jane WAGG, dalam kesempatan yang sama, mengatakan, pasar Indonesia masih menarik bagi investor asing. "Pertumbuhan Indonesia dapat dengan jelas dilihat dari semakin meningkatnya kapitalisasi, volume perdagangan harian di BEI, yang saat ini telah mencapai setengah miliar dolar AS. Jumlah ini akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tempat tujuan investasi bagi para investor global," kata Sarah-Jane. Untuk itu UBS kembali mengadakan Konferensi Indonesia yang mempertemukan 70 perusahaan Indonesia (publik dan non publik) dengan 150 investor institusional dari Australia, Eropa dan AS. (ant/gor)

Sabtu, Maret 01, 2008

Mengenal Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) 4

Sejak tanggal 25 Februari - 06 Maret 2008, Pemerintah menawarkan kembali instrumen utang yaitu Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) 4 yang ditawarkan untuk semua masyarakat Indonesia. ORI4 ditawarkan dengan minimal pembelian Rp 5 juta dan kelipatannya, kupon sebesar 9.5% (kotor) yang dibayarkan bulanan dengan jangka waktu selama 4 tahun. Pada penawaran kali ini, Pemerintah (DepKeu) bekerjasama dengan 15 bank dan 3 sekuritas sebagai agen penjual.

ORI pertama kali diterbitkan di tahun 2006 yaitu seri ORI1 dengan kupon 12.05%, kemudian ORI2 di Maret 2007 dengan kupon 9.28% dan ORI3 di September 2007 dengan kupon 9.40%.

Sejak pertama kali diterbitkan, penawaran ORI selalu diburu oleh para investor dan terlihat juga di ORI4 yang menurut berita terakhir sudah mencapai Rp 6,3 triliun. Bahkan di beberapa agen penjual, penawaran ORI4 telah mengalami yang namanya oversubsribed. Yaitu permintaaan yang melebihi penjatahan, seperti di agen penjual PT. Bank Mandiri (persero), Tbk dan Trimegah Sekuritas, Tbk. Yang akhirnya membuat kedua agen penjual tersebut meminta kembali penjatahan kepada DepKeu.

Salah satu alasan kenapa instrumen hutang ini sangat diminati oleh masyarakat Indonesia adalah kuponnya yang mencapai 9.5%/thn. Sangat menarik apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga deposito pada umumnya yang berkisar antara 6-8%/thn. Selain itu instrumen ini dijamin sepenuhnya pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia yang tercatum pada UU Republik Indonesia 24 / 2002 tentang Surat Utang Negara.

Dengan fitur produk yang sedemikian rupa dan diburu oleh para investor serta dijamin oleh Pemerintah, bagi investor yang tertarik untuk membelinya harus juga mempertimbangan beberapa risiko yang mungkin saja timbil, yaitu:
  • Risiko harga, yaitu risiko yang mungkin terjadi apabila investor sebelum jatuh tempo ingin menjualnya di pasar sekunder dengan harga yang lebih rendah dari harga beli. Namun risiko ini dapat diminimalkan dengan memegang ORI sampai dengan jatuh temponya.
  • Risiko likuiditas, yaitu risiko dimana pada saat investor ingin menjual sebelum jatuh tempo namun pada saat itu ternyata tidak ada pihak yang ingin membelinya. Namun risiko ini juga sudah diminalkan dengan diwajibkannya agen penjual yang bertindak sebagai pembeli apabila ada investor yang ingin menjualnya kembali
  • Risiko kredit, yaitu risiko yang mungkin terjadi apabila pihak penerbit ORI tidak sanggup membayar bunga atau pokok pada saat jatuh tempo. Namun risiko ini juga dapat dibilang tidak ada karena telah dijamin oleh UU yang mengatur Surat Utang Negara.
Nah, bagi yang tertarik untuk membelinya sangat disarankan untuk segera datang ke agen-agen penjual. Disamping waktu penawaran yang hampir tutup selain itu tingginya animo masyarakat membuat permintaan ORI4 cenderung mengalami oversubscribed. Karena belum tentu Pemerintah dalam hal ini DepKeu memberikan jatah tambahan yang sesuai dengan permintaan.

Mengutip dari media, menurut Rahmat Waluyanto, Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, terdapat tiga kondisi yang yang akan menentukan sebarapa besar target penjualan ORI4, yaitu : kebutuhan pembiayaan defisit RAPBN Perubahan 2008, seberapa besar ruang yang dimiliki Pemerintah untuk mengelola surat utang dan jumlah pemesanan masyarakat.





Senin, Februari 25, 2008

Ass Wr Wb

Hi All, Welcome to my first ever Blog....Akhirnya setelah membeli buku cara membuat nge-blog di Gramedia bbrp minggu lalu, terwujud juga blog ini.
Blog ini mungkin akan lebih banyak bercerita mengenai informasi mengenai perencanaan keuangan keluarga dan karyawan, produk2 keuangan/investasi serta informasi keuangan lainnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk mendiskusikan hal-hal yang lainnya.
Semoga blog ini dapat diterima dan ditunggu nich saran, kritik serta komentar2nya.

Wass Wr Wb