Kamis, April 03, 2008

Over Reaction Angka Inflasi Tekan IHSG BEI Anjlok 104 Poin

Dikutip dari www.investorindonesia.com

Memang sejak beberapa minggu terakhir, Bursa Efek Indonesia mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Naik-turun dengan perbedaan yang lumayan tinggi. Bahkan hari ini saja Indeks Harga Saham Gabungan sempat turun 5% sebelum akhirnya ditutup turun 4.45%.

Ada yang bilang ini akibat adanya kekhawatiran investor terhadap relatif tingginya tingkat inflasi Maret 2008 yaitu sekitar 0.9%. Kalau dihitung-hitung di tahun 2008 ini IHSG telah turun dari level tertingginya sekitar 20%.

Mayoritas saham sudah banyak turun dari level tertingginya bahkan ada juga saham yang telah turun 40-50% walaupun saham tersebut adalah saham2 dengan fundamental yang baik.

Bagi yang ingin berinvestasi jangka panjang, mungkin saat sekarang ini boleh dibilang merupakan kesempatan yang baik. Bagi yang sudah terlanjur beli sebelumnya dan akhirnya nyangkut....Ya, kita senasib-lah..he3. But, harus tetap optimis.

Harap Diingat, "Saham adalah instrumen investasi untuk jangka panjang"

Disclaimer.

Happy Investing


03/04/2008 18:36:36 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com

Over reaction (reaksi yang berlebihan) terhadap angka inflasi Maret masih membebani perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis, ditutup anjlok 104,218 poin (4,45%) untuk berada di posisi 2.237,971, sedangkan indeks LQ45 juga bergerak negatif dengan menurun 24,825 poin (4,96%) ke level 475,391.

Analis Riset PT Paramitra Asia Sekuritas Paradumuan kepada Antara, mengatakan, para pelaku pasar terlalu over reaction terhadap angka inflasi Maret year to year (tahunan) yang mencapai 8,17% atau di atas BI-rate sebesar 8,00%.

"Memang secara fundamental pasar masih menyoroti angka inflasi Maret, namun hal ini sudah over reaction," katanya.

Menurut Paradumuan, reksi yang berlebihan ini, selain inflasi, pasar saham yang sebagian besar dikuasai oleh pelaku margin pelaku pasar yang menggunakan transaksi margin melepas sahamnya karena jangka waktu pembayaran, sehingga memperparah penurunan indeks.

Dia juga mengungkapkan bahwa inflasi perlu perhatian pemerintah, karena sudah di atas BI-rate. "Jika tidak ada tindakan dari pemerintah ke depannya, akan di khawatirkan menjadi pemicu penurunan daya beli masyarakat, sehingga akan menahan industri di Indonesia," katanya.

Paradumuan juga menjelaskan bahwa keputuasan Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI-rate tetap sebesar 8,00% adalah langkah yang tepat.

"Sebenarnya BI dalam kondisi dualisme, karena suku bunga yang sudah negatif dibanding inflasi sangat berisiko untuk menghambat sektor riil, sehingga ke depannya pemerintah harus melakukan tindakan untuk menurunkan inflasinya," jelasnya.

Kondisi di atas telah membuat indeks BEI tidak mengikuti penguatan beberapa saham regional, seperti bursa Tokyo dengan indeks Nikkei-225 naik 200,54 poin menjadi 13.389,90, bursa Hong Kong dengan indeks Hang Seng ditutup naik 392,20 poin ke level 24.264,63 dan bursa Singapura dengan indeks Straits Times terangkat 46,93 poin menjadi 3.171,55.

Pada perdagangan di BEI Kamis ini masih didominasi saham yang turun sebanyak 187 dibanding yang naik hanya 17, sedangkan 33 stagnan dan 221 tidak aktif diperdagangkan.

Penurunan indeks dipimpin beberapa saham unggulan seperti saham Bumi Resources (BUMI) yang terkoreksi Rp 450 menjadi Rp 4.900, Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.650 ke posisi Rp 19.800, Telkom (TLKM) tergerus Rp 300 ke Rp 9.400, Bakrie Plantations (UNSP) melemah Rp 190 ke level Rp 1.300, Bank Mandiri (BMRI) tertekan Rp 125 ke harga Rp 3.025, dan Astra Agro Lestari (AALI) anjlok Rp 2.050 ke Rp 20.750.

Volume perdagangan mencapai 3,620 miliar saham dengan nilai Rp6,545 triliun dari 69.602 kali transaksi. (*)

Tidak ada komentar: