Akhirnya kembali lagi, back on-line, karena sejak beberapa hari terakhir ini koneksi internet mengalami gangguan dan baru normal lagi kemarin.
Berhubung sejak beberapa minggu terakhir ini, pasar keuangan dunia mengalami guncangan hebat yang akhirnya berimbas ke pasar keuangan Indonesia, topik2 investasi masih akan menghiasi blog ini.
Berbicara mengenai investasi apalagi investasi untuk keluarga tidak lepas dengan yang namanya produk2 keuangan ataupun jenis produk lainnya. Saya pernah ketemu dengan orang yang paling senang dengan investasi di tanah, asal ada uang nganggur yang cukup, dia akan cari lokasi2 tanah yang menjanjikan. Namun ada juga yang senang dengan berinvestasi di batu mulia (emas, berlian, dsb) karena katanya harganya akan selalu naik dan mudah dijualnya. Apapun pilihan investasinya tentunya berpulang lagi kepada si orang atau keluarga tersebut. Tidak ada produk investasi yang sempurna, pasti akan ada kelebihan ataupun kekurangannya.
Produk2 investasi-pun tidak selamanya memberikan keuntungan yang terus-menerus..Ada saatnya investasi itu akan turun namun ada saatnya investasi tersebut akan naik. Kalaupun saham-saham saat ini sedang dilanda musim gugur tapi khan tidak selamanya seperti ini nanti juga akan menikmati yang namanya musim semi...he3 Amien.
Artikel dibawah dikutip dari http://www.investorindonesia.com/. Bagi saya topik ini sangat menarik karena mirip dengan survei yang saya bikin sebelumnya di blog ini juga. Ternyata pikiran saya dengan orang bule Netherland hampir2 mirip...he3
Nah, agar ada perbandingan antara survei yang dilakukan Investment Bank yang jadi sponsornya team F-1 Renault ini, apabila tidak berkeberatan, mungkin dapat menjawab survei yang saya buat di Blog ini. Harapannya survei tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua yang ingin berinvestasi.
Sukses & Happy Investing
16/04/2008 18:55:41 WIB
Oleh Arinto Tri Wibowo
JAKARTA, Investor Daily
Investor ritel di Indonesia memilih deposito tunai, emas, dan properti di tengah ketidakpastian pasar saat ini. Sebanyak 66% investor Indonesia menerapkan strategi berimbang dengan mencari investasi untuk pertumbuhan jangka menengah dan jangka panjang.
Survei triwulanan ING Securities Indonesia menyebutkan, selain bergeser ke arah pemilikan uang tunai, deposito, dan emas pada kuartal I-2008, investor di Indonesia masih konsisten berinvestasi pada reksa dana dan saham.
“Ini menunjukkan investor Indonesia cukup konservatif dan menjalankan pendekatan wait and see,” kata Presiden Direktur ING Securities Indonesia Robert Schoelten dalam siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, Selasa (15/4).
Meski demikian, pemodal di Indonesia optimistis mampu meningkatkan nilai investasi mereka pada kuartal II-2008.
Dia mengatakan, pemodal di Indonesia menempati peringkat ketiga investor paling optimistis di Asia pada kuartal I-2008. Peringkat tersebut diperoleh dari hasil survei PT ING Securities Indonesia beberapa waktu lalu.
Selain Indonesia, survei juga meneliti kondisi investor di negara Asia lainnya seperti Tiongkok, Hong Kong, India, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand. ING juga menyurvei investor di Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Dalam survei tersebut, Indonesia meraih indeks sentimen sebesar 131, atau turun dari kuartal IV-2007 yang mencapai 136. Sementara itu, indeks sentimen tertinggi diraih India 168, disusul Tiongkok 136. (Lihat tabel)
“Survei itu menunjukkan penurunan sentimen investor di Asia, sehingga tercermin bahwa krisis subprime dan keterbatasan kredit masih menjadi faktor yang mengkhawatirkan,” tegas dia.
Indeks sentimen investor Asia turun menjadi 125 pada kuartal I-2008 dibanding kuartal IV-2007 yang mencapai 135.
Survei itu juga mencatat, 73% investor di Asia memperkirakan krisis kredit subprime akan memengaruhi keputusan investasi mereka pada kuartal II-2008. Sebanyak 58% investor Indonesia mengakui hal tersebut, atau naik dari kuartal IV-2007 yang hanya mencapai 35% investor.
Kondisi serupa juga terjadi pada 94% investor Singapura. Namun, investor Malaysia yang terpengaruh krisis tersebut hanya sebesar 55%, atau turun dari kuartal IV-2007 yang mencapai 69%.
Sementara itu, 63% investor Indonesia menyatakan, keputusan berinvestasi mereka pada kuartal II-2008 dipengaruhi oleh krisis subprime. Pengaruh tertinggi terjadi Singapura yang mencapai 93%, disusul Hong Kong 90%. Sedangkan pengaruh terendah berada di Taiwan, yang hanya mencapai 58%.
Selain itu, pandangan investor terhadap situasi ekonomi juga naik. Situasi ekonomi di Asia pada kuartal I-2008 diyakini 48% investor, dengan 32% investor optimistis situasi ekonomi membaik pada kuartal I-2008.
Namun, keyakinan investor Indonesia mengenai hal tersebut hanya mencapai 19%.
Meski demikian, sebanyak 48% investor di Indonesia optimistis situasi ekonomi di dalam negeri pada kuartal II-2008 akan bertumbuh.
Tiga Besar
Kepala Riset PT Sarijaya Permana Sekuritas Danny Eugone mengatakan, pada 2007, pertumbuhan bursa domestik menempati peringkat ketiga dunia. Tahun ini, fundamental pasar saham juga membaik.
Meski demikian, pelaku pasar tidak bisa mengharapkan pertumbuhan sebaik tahun lalu, karena dibayangi krisis subprime.
Menurut dia, fundamental perusahaan di Tanah Air juga masih solid. Hal tersebut dipengaruhi tiga faktor, yaitu kenaikan pasar karena pemangkasan subsidi pembangunan infrastruktur dari pemerintah, peningkatan harga komoditas minyak bumi, dan inflasi.
Sementara itu, Kepala Riset PT Recapital Securities Poltak Hotradero mengatakan, indeks di bursa domestik menguat sepekan terakhir.
Poltak menambahkan, pergerakan indeks banyak dipengaruhi oleh peningkatan fundamental emiten. Kenaikan tersebut sangat ditopang oleh kebijakan pemerintah, seperti pengendalian inflasi dan devisa negara. (c119)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar