Dikutip dari www.investorindonesia.com
Terkait dengan penurunan IHSG di Bursa Efek Indonesia, total nilai aktiva bersih reksa dana juga mengalami penurunan. Menariknya, investor kita masih banyak yang melakukan subscription di Maret 2008 sehingga tercatat net subscription. Ini artinya masyarakat kita sudah lebih teredukasi dengan baik mengenai investasi di reksa dana khusunya di reksa dana saham. Pada saat IHSG turun, bukannya mereka melakukan penjualan melainkan melakukan pembelian.
Sama halnya dengan kondisi di pasar Obligasi, juga mengalami penurunan. Nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap juga ikutan turun. Harga Surat Utang Negara juga turun dan bahkan Pemerintah berencana melakukan buy-back. Harga ORI4 yang belum lama ini diterbitkan juga tidak luput terkena dampaknya. Informasi yang saya dapatkan, ORI4 diperdagangkan di harga 97-98% atau sudah turun 2-3% dari harga awalnya..
Disclaimer
Happy Investing
03/04/2008 19:22:14 WIB
Oleh Deviana Chuo
JAKARTA, Investor Daily
Total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per akhir Maret 2008 turun Rp 2,06 triliun menjadi Rp 93,11 triliun dibandingkan jumlah NAB reksa dana akhir Februari 2008 senilai Rp 95,18 triliun.
Meski demikian, jumlah total unit reksa dana (RD) meningkat menjadi 58,33 miliar dari bulan sebelumnya sebanyak 56,39.
Data e-monitoring Bapepam-LK menunjukkan, penurunan terutama terjadi pada RD pendapatan tetap sebesar 7,56% menjadi Rp 12,91 triliun dari sebelumnya Rp 20,79 triliun. Selain itu, NAB fixed income turun 4,76% menjadi Rp 483,48 miliar dari periode sebelumnya Rp 507,65 miliar.
Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Naresh Krishnan menilai, penurunan NAB reksa dana murni dipicu koreksi pasar modal global. Tren tersebut diperkirakan masih berlanjut seiring lonjakan harga sejumlah komoditas, seperti minyak mentah.
Analis Mega Capital Ukie Jaya Mahendra mengatakan, turunnya NAB reksa dana juga disebabkan anjloknya pasar finansial secara keseluruhan. Pasalnya, jumlah redemption (penarikan) dan subscription (masuk)masih dalam angka wajar. “Ini murni disebakan gejolak pasar dunia, soalnya redemption dan subscription normal-normal saja,” kata dia kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (2/4).
Pada Maret 2008, redemption tercatatRp 7,50 triliun dari bulan sebelumnya Rp 9,55 triliun. Subscription mencapai Rp 11,39 triliun dari periode sebelumnya Rp 8,89 triliun.
Ukie menilai, ketidakpastian pasar seharusnya memacu investor untuk melakukan subscribtion. Soalnya, pasar regional sedang rebound dan hanya terkendala oleh harga komoditas seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Sementara itu, NAB Manulife per Maret 2008 juga turun menjadi Rp 8,02 triliun dari bulan lalu senilai Rp 8,41 triliun. Naresh mengatakan, investor justru banyak menginvestasikan dana kepada produk-produk reksa dana. Manulife mencatat subscription senilai Rp 667,87 miliar, sedangkan pada Februari lalu hanya Rp 396,46 miliar. “Turunnya NAB reksa dana dipicu oleh kondisi pasar global. Saya yakin, kinerja Manulife lebih baik tahun ini dibandingkan tahun lalu,” ujar dia.
Ukie mengakui, harga RD saham kini murah. Kendati cenderung volatile, ia memperkirakan, produk ini mampu memberikan imbal hasil (return) sekitar 5-10% pada semester II-2008. Sedangkan Naresh memperkirakan, return bisa mencapai 15-20% dalam 12 bulan mendatang.
Jangka Panjang
Presiden Direktur First State Investment Legowo Kusumonegoro menambahkan, saat koreksi pasar terjadi, price earning ratio (PER) menjadi murah. Hal tersebut ikut mendorong investor untuk menginvestasikan dananya.
Menurut Legowo, pertumbuhan reksa dana tetap berlanjut. Oleh karena itu, investor harus lebih bijaksana dalam melihat kondisi pasar global terutama RD saham. “Pelaku pasar sebaiknya bijaksana dalam menyikapinya. Sebab, investasi pada RD baru terlihat manfaatnya dalam jangka panjang,” tegas dia.
Meskipun NAB turun, RD pendapatan masih tetap menjanjikan. Menurut Naresh, produk ini lebih atraktif dan dapat memberikan return sebesar 12% dalam 12 bulan. Ukie memperkirakan, imbal hasil RD fixed income sekitar 10% dalam satu tahun. Soalnya, kejatuhan pasar obligasi tidak akan berlangsung lama dan segera pulih kembali.
Naresh menjelaskan, tren positif di pasar obligasi mulai terjadi dalam dua bulan mendatang, terutama jika didukung turunnya harga komoditas.
ETF Saham Naik
Sementara itu, total NAB exchange traded fund (ETF) saham justru melonjak 68,83% menjadi Rp 99,55 miliar. Pada Februari 2008, NAB tercatat Rp 58,96 miliar. Namun demikian, sejak awal Januari 2008 hingga bulan lalu, redemption dan subscription ETF saham dan pendapatan tetap tidak ada.
Menurut Ukie, likuiditas ETF cenderung mengikuti pergerakan indeks di pasar saham dan obligasi. Oleh sebab itu, NAB ETF saham dapat naik signifikan. Sebaliknya NAB ETF pendapatan berpotensi turun karena jatuhnya harga obligasi korporasi dan pemerintah belakangan ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar