Beberapa hari yang lalu, saya diundang sebuah radio swasta untuk acara talkshow mengenai perencanaan keuangan di daerah Jakarta Selatan. Topiknya sendiri setelah sebelumnya berdiskusi sepakat kami akan membahas mengenai seluk beluk perencanaan masa pensiun.
Di awal acara, kami membicarakan beberapa hal mengenai pentingnya perencanaan dana pensiun yang diselingi dengan lagu. Kemudian kami mendiskusikan produk-produk keuangan dan alternatifnya untuk mencapai tujuan pensiun yang nyaman. Sempat terjadi kesalahan teknis yaitu matinya sistim di radio tersebut namun akhirnya sampai juga pada kesimpulan.
Intinya di talkshow tersebut kami membicarakan mengenai Masa Pensiun Nyaman. Yaitu, masa dimana kita sudah dapat menikmati sisa hidup tanpa harus lagi terlalu repot memikirkan biaya-biaya kehidupan saat itu.
Bagi banyak orang terkadang masa pensiun belum dilihatnya sebagai sesuatu yang menjadi prioritas. Karena waktunya juga masih panjang dan rasanya gimana gitu ya kalau membayangkan dan merencanakan sesuatu yang masih puluhan tahun lagi. Umumnya usia pensiun normal di Indonesia adalah pada usia 55 tahun. Jadi kalau sekarang kita berusia 30 tahun masih ada 25 tahun lagi..
Namun ada juga sebagian masyarakat yang sudah bertindak dengan merencanakan sesuatu untuk masa pensiunnya nanti. Mereka mungkin melihat kondisi orang-orang tua yang saat ini sudah tidak bekerja lagi dan sedang menikmati masa pensiunnya. Ada yang dapat hidup nyaman namun ada juga yang masih harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya sehingga memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang lebih baik lagi.
Menurut Anda, yang manakah yang sebaiknya kita ikuti? Golongan masyarakat yang menunda perencanaan masa pensiunnya atau golongan masyarakat yang bertindak saat ini apapun bentuknya demi masa pensiunnya yang nyaman?
Ada yang bilang, buat apa sich repot-repot membuat perencanaan saat ini, nanti saja kalau pendapatannya sudah tinggi? Mumpung masih muda, belum terlambat kalau hanya menunda beberapa tahun kemudian...
Berbeda dengan pendapat tersebut, beberapa tahun yang lalu, pernah ada survei yang dibuat oleh salah satu majalah ekonomi bekerja sama dengan bank swasta. Hasilnya adalah ternyata masih banyak dari kalangan eksekutif muda yang mempunyai pendapatan belasan-puluhan juta rupiah per bulannya tapi belum mempunyai perencanaan masa tuanya. Nah lo, padahal pendapatan sudah tinggi tapi katakanlah menabung untuk masa tuanya nanti belum dilakukan. Kebanyakan dari mereka lebih mementingkan kebutuhan gaya hidupnya saat ini yang cenderung konsumtif. Masih sedikit dari responden yang disurvei sudah mengenal produk-produk investasi mayoritas hanya mengenal produk-produk perbankan.
"Banyak Jalan Menuju Roma"...Begitupula dengan alternatif perencanaan dana pensiun kita. Paling mudah kita lakukan melalui produk-produk keuangan, misalnya Reksadana, Saham, dsb atau yang khusus untuk dana pensiun, seperti Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Apabila kurang cocok dengan produk keuangan, mungkin dapat merencanakannya lewat sektor riil, misal buat usaha dengan harapan pada saat pensiun nanti usaha tersebut dapat memberikan pemasukan. Kalau tidak cocok juga, dapat dimulai dengan beli asset tidak bergerak, seperti emas, tanah & properti. Suatu saat khan dapat dibangun usaha kost kost-an atau disewakan.
Kesimpulan dari talkshow tersebut adalah ada 3 (tiga) hal yang akan menentukan keberhasilan perencanaan dana pensiun. Yang pertama, waktu, yang kedua, jumlah uang yang akan disisihkan saat ini dan yang ketiga adalah kinerja investasi. Namun yang paling menentukan adalah Waktu. Karena waktu bersifat tidak tergantikan sementara jumlah uang dan kinerja investasi masih dapat dicarikan.
So, mulailah sekarang juga.....Sukses
Minggu, Maret 09, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar